UPDATING NOW ...
- Hitungan sementara: 220 dari 222 kursi sudah dihitung: 82 oleh PAKATAN RAKYAT, 73 oleh PERIKATAN NASIONAL, 30 oleh BARISAN NASIONAL, 22 oleh GPS (Gabungan Parti Serawak), dan 13 oleh parti kecil lainnya .
- Sangat pasti tidak akan ada pemenang dengan perolehan suara mayoritas.
- Jumlah kursi DEWAN RAKYAT yang diperebutkan 222.
- Dari 21 jt DPT, 14.7 jt (70%) nyoblos. Mengalami penurunan dari pemilu 2018 82% nyoblos.
- 3 koalisi besar saling berkompetisi.
- PAKATAN HARAPAN dipimpin Anwar Ibrahim: Partai Keadilan Rakyat, Democratic Action Party, National Trust Party, dan Organisasi Progresif Kinabalu.
- PERIKATAN NASIONAL dipimpin Muhyiddin, keturunan Kudus: Parti Pribumi Bersatu Malaysia (BERSATU), Parti Islam Se-Malaysia (PAS), Parti Gerakan Rakyat Malaysia (GERAKAN), Parti Progresif Sabah, dan Parti Solidaritas Tanah Airku.
- BARISAN NASIONAL pimpinan Ismail Sabri, PM sekarang: UMNO, Malaysian Chinese Association, dan Malaysian Indian Congress.
- Koalisi konservatif dengan issu pribumi Islam: PERIKATAN NASIONAL bergandengan dengan BARISAN NASIONAL melawan koalisi progresif PAKATAN HARAPAN, yang nge-blend ras dan agama, untuk membentuk pemerintahan.
- Kasihan Anwar Ibrahim. Menang suara tetapi kenyataannya selalu kalah. Pelajaran yang bisa dipetik: Pertama, kerjasama atau kolaborasi itu kunci untuk menang, walau kalah di suara. Sing mlepuk suara partaine gede yen ra koalisi yo ra bakal menang. Kedua, dimana-mana yang namanya progresif itu golongan minoritas dibandingkan dengan golongan konservatif yang sudah lama mapan dan berkuasa.
-Koalisi PAKATAN RAKYAT walau menang suara, tetapi kemungkinan menjadi oposisi. Kemengannya tidak cukup untuk membentuk pemerintahan melawan koalisi pribumi Islam: PERIKATAN NASIONAL dan BARISAN NASIONAL.
-BARISAN NASIONAL sudah menyatakan kalah dalam pemilihan. Tidak seperti kita di Indonesia yang harus menunggu bahkan menggugat keputusan KPU dan membawanya ke MK bahkan dengan demo anarkis 😁.
- Saling claim antara Pakatan Harapan dan Perikatan Nasional bahwa masing-masing koalisi sudah memenangkan 112 kursi. Tetapi mereka tidak melakukan SUJUD SYUKUR berjama'ah karena hanya sekedar claim dan menunggu hasil dari Komisi Pemilihan. Apalagi claim ini hanya pepesan kosong karena melihat peta pemenangan, tidak akan ada koalisi yang menang secara mayoritas. Di kita mah yang penting SUJUD SYUKUR berjama'ah dulu. Pakai live streaming and broadcasting lagi. Untuk menyakinkan kemenangan pada jama'ah walau hanya sekedar claim. 😁
- Mahathir Muhammad, 97 tahun, kalah di dapil Lengkawi. Untuk pertama kalinya dia merasakan kekalahan di pemilihan. Udahlah Mbah Akung. Dah udzur. Saatnya istirahat dari urusan dunia, apalagi politik. Saatnya memberikan kesempatan pada para cucu yang pinter-pinter ini untuk menjadi parlemen.
- Seperti kita di Indonesia, politik identitas juga laku banget dan mengakibatkan polarisasi di pemilihan Malaysia, yaitu ras dan agama. Pribumi (Melayu Islam) versus non Pribumi (Cina Kristen dan India Hindu). Tunggu mendekati dan pas tahun 2024 kita pun akan terprovokasi dan terpolarisasi dengan issu, bukan lagi Islam versus non-Islam seperti pemilu 2019, tetapi Jawa dan non-Jawa.
- KPU mesti belajar dari Komisi Pemilihan Malaysia yang cepat dan tuntas menghitung suara dan menetukan perolehan kursi. Tidak perlu pakai drama penetapan perolehan suara pada dini hari.
https://elmots.blogspot.com/2022/11/malaysia-election-2022-update.html