Skip to main content

Contoh Jelek Tidak Mengaku Kalah

Mereka selalu teriak-teriak sebagai penjunjung tinggi etika atau nilai-nilai moral. Seakan hanya mereka lah yang bisa menentukan sesuatu itu etis atau tidak etis. Hanya mereka lah yang selama ini berprilaku dengan menjunjung tinggi etika. Sedangkan orang lain tidak etis karena tidak menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Okay, anggap saja hanya mereka yang memiliki etika dan selalu berprilaku sesuai pedoman yang etis.

Kenyataannya, sekarang ini mereka kalah pada pilpres 14 Februari yang lalu berdasar quick count. Tetapi justru mencari celah untuk menyalahkan mereka yang menang. Justru mencari-cari kesalahan pihak yang menang. Padahal kekalahan mereka telak, bukan kekalahan tipis. Anis-Muhaimin 25% versus Prabowo-Gibran 58% (Litbang Kompas). Tau berapa bedanya? 33%. Ganjar-Mahfud 16%. Tau berapa bedanya? 42%. Karena gak kuasa mengalahkan suara Prabowo-Gibran, maka skenario pun dibangun untuk mengakali supaya ada putaran kedua. Suara Anis dan Ganjar 41%. Tinggal 9% lagi atau sekitar 18 juta untuk digugat di MK. Kebayang berapa kontainer bukti yang mereka bawa ke MK?


Sebagai pihak yang merasa menjaga etika dan selalu menjunjung tinggi etika, what a shame for not accepting the defeat. Apa gak malu gak menerima kekalahan telak? Anis yang berlatar akademisi pun tau bahwa dia mesti bersikap menerima kekalahan dengan segera melakukan pidato kekalahan atau a concession speech. Demikian halnya dengan Mahfud yang terbiasa dengan a lone wolf mesti segera mengaku kalah bukan malah diam meratapi kekalahan. Apa patut anda berdua Anis dan Mahfud mendapat julukan penjaga etika, ketika anda berdua sedang mempraktekan prilaku yang tidak etis karena tidak merasa kalah dalam pilpres.

In politics, a concession is the act of a losing candidate publicly yielding to a winning candidate after an election after the overall result of the vote has become clear. A concession speech is usually made after an election. Dalam politik, konsesi adalah tindakan kandidat yang kalah secara terbuka menyerah kepada kandidat yang menang setelah pemilu setelah hasil keseluruhan pemungutan suara sudah jelas. Pidato konsesi biasanya disampaikan setelah pemilu.

Yang ada justru Anis dan Mahfud sedang ngeles! Ya karena memang mereka berdua punya potongan ngeles sebagai akademisi. Ngeles bahwa hitung real count KPU masih bertahap dan belum selesai. Loh! Bukannya anda terbiasa dengan kehidupan di negera maju Amerika yang terkenal dengan demokrasinya? Bahwa berdasar quick count, kandidat yang kalah lalu menyatakan kekalahannya dan sekaligus menyerah kepada kandidat yang menang? Kenapa tidak anda lakukan sekarang? Justru ngeles pada real count KPU?

Dengan confidence interval 95% dan margin of errors +/- 1, Anis dan Mahfud sudah sangat paham bahwa hasil quick count tidak jauh berbeda dengan real count KPU nantinya. Tidak segera menyatakan kalah tetapi justru mencari-cari kesalahan kandidat yang menang menandakan anda pun tidak patut disebut menjunjung tinggi etika atau nilai-nilai moral dalam demokrasi. 

Tahun 2014 Mahfud adalah ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta. Ketika dia tau quick count memenangkan Jokowi 53%, dia lalu mundur dari ketua pemenangan. Bagi dia, tidak etis untuk menunda-nunda kekalahan padahal data sudah jelas. Bahkan dia sampai merasa dibohongi oleh Tim PKS ketika dia tidak ditunjukan mana data center PKS yang menyatakan Prabowo menang. Kenapa Mahfud sekarang berdiam diri dari kekalahan telak? Mengapa tidak segera keluar dan menyatakan kalah? Masih ada asa kepercayaan pada Mahfud sebagai a lone wolf yang akan segera keluar dari kandang dan menyatakan kalah.

Tahun 2017 Anis menerima quick count ketika dinyatakan menang Pilgub Jakarta. Dengan senyum lebar dan merasa tidak salah dengan prilaku manipulatif politik identitas, Anis show ke TV-TV. Mengapa kali ini dengan kekalahan telak di Pilpres, Anis tidak konsisten untuk menerima quick count? Masih kah Anis menjunjung tinggi etika dengan ngeles kekalahan telak yang dia alami sebagai akibat dari kecurangan pilpres? 

Kepribadian anda sedang diuji antara ucapan dan tindakan. A spit personality itu adalah orang yang tidak konsisten antara ucapan dan tindakan. Kalau Anis mah jangan diharap. Apalagi di belakang dia ada PKS yang selalu mendendang-memerdukan keyakinan daripada kepastian data. Yakin menang walau data menyatakan pasti kalah. Asa ini masih ada untuk Mahfud sebagai a lone wolf untuk segera menggelar press conference menyampaikan kekalahan. Itu Mahfud yang dulu. Mahfud sekarang sudah masuk perangkap petugas partai yang tidak bisa lagi independen.