Skip to main content

QUICK COUNT = REAL COUNT

 KPU pada Rabu malam 20 Maret 2024 menyatakan pilpres pada Rabu 14 Februari 2024 dengan suara sah mencapai 164,227,475 suara dimenagkan oleh Prabowo-Gibran dengan perolehan suara 96,214,691 (58.59%). Sementara itu paslon kalah berturut-turut adalah Anies-Muhaimin dengan perolehan suara 40,971,906 (24.95%) dan Ganjar-Mahfud 27,040,878 (16.47%). 


Hasil rekapitulasi nasional KPU ini tidak berbeda (dalam rentang plus minur margin of errors) dari hasil quick count yang ditayangkan oleh TV nasional pada jam 15:00 pada hari pemilu Rabu 14 Februari 2024. 


Yang perlu ditegaskan di sini adalah, pertama, tidak seperti anggapan beberapa orang yang menuduh, tepatnya nyinyir, sebagai kegiatan abal-abal yang didanai pihak tertentu untuk kepentingan pihak pemberi dana, quick count dan survey pada umumnya adalah kegiatan ilmiah dengan metodologi penelitian kuantitatif yang secara akademis bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Validitas (tepat) dan reliabilitas (konsisten tepat) sejak pilpres 2004 kembali terbukti walaupun di sana-sini masih ditemui figur yang nyinyir yang biasanya dari pihak yang kalah.

Kedua, quick count dan survey nasional itu memerlukan dana besar. Satu kali kegiatan membutuhkan tidak kurang dari 1.5 milyar rupiah. Hanya lembaga mapan seperti Kompas yang memiliki dana berlimpah untuk menyelenggarakannya. Lembaga lainnya masih memerlukan dana segar dari para donatur. No such a free lunch! Emang ada makan siang gratis? Tetapi dana besar dari donatur itu tidak akan mengintervensi temuan, olah dan analisa data. Ini yang namanya disebut berintegritas bahwa lembaga survey itu memiliki komitmen akademis untuk selalu tidak berbohong pada setiap temuan, sekalipun hasil surveynya tidak sesuai dengan keinginan pihak donatur. Lembaga survey seperti SMRC, Charta Politika didanai bahkan menjadi konsultan pemenangan Ganjar-Mahfud. LSI Denny JA didanai dan konsultan Prabowo-Gibran. KedaiKOPI didanai dan konsultan Anies-Muhaimin. Sekalipun didanai dan bahkan menjadi tim pemenangan paslon, para surveyor tetap berintegritas menyampaikan hasil temuan survey apa adanya. Ini namanya integritas mereka teruji dan tidak luntur atau bahkan bisa dibeli oleh karena dana besar yang mereka dapatkan. No doubt to surveyor's integrity. 

Ketiga, publik yang tidak begitu ngeh dengan metodologi penelitian sudah waktunya tidak terombang-ambing oleh para politisi vokal dari pihak yang kalah yang selalu lihai bersilat lidah ketika mengkritisi, lebih tepatnya nyinyir, hasil temuan survey. Kesannya mereka ini logis ketika berbicara, tetapi logika yang mereka bangun tidak memiliki basis data empiris. Ini yang disebut sebagai rumor bahkan cenderung ghibah yaitu menggunjing menceritakan keaiban pihak lain. Dimana lalu publik mencari kebenaran? Kalau tidak sempat lagi membuka catatan kuliah metodologi penelitian, cukup lah publik membuka website lembaga survey yang tergabung pada PERSEPI, perkumpulan survey opini publik Indonesia, untuk mendapatkan data yang benar terkait survey.

Popular posts from this blog

Matinya Akademisi Karena Benci

 Sering kan dengar dari Ikrar Nusa Bhakti, profesor LIPI-sekarang-BRIN yang vocal bahkan nyinyir ke Jokowi itu? Dia selalu menyampaikan bahwa selama berkarir di luar negeri lebih dari 46 tahun, baru ada kasus di dunia ini ya Jokowi itu. Jokowi yang sebelumnya dicalonkan oleh partainya, PDIP, hingga menjadi wali kota, gubernur, dan presiden, belakangan melawan kehendak partainya. Kasus presiden melawan partai pengusungnya baru pertama kali terjadi di dunia ini, songgong si Ikrar. Heh heh heh heh … Dulu kita mengangguk saja mendengar pendapat songgong begini. Sekarang sudah banyak mesin AI (artifical intelligence) yang dalam sekian detik bisa memverifikasi pendapat songgong. Minimal ayo lah ke chatgpt.com. Ya, ada beberapa contoh presiden yang menjauhkan diri dari partai politik yang awalnya mendukung mereka. Hal ini biasanya terjadi ketika prioritas pemerintahan, perubahan ideologi, atau keyakinan pribadi mereka bertentangan dengan agenda partai mereka. Berikut ini beberapa cont...

the Dunning Kruger Effect

Ketika anda tidak tau, tetapi berpikir tau segalanya. Believing you know something that you don't!   Ini penyakit karena anda merasa lebih baik dari semua orang atas pengetahuan dan kemampuan yang anda miliki. Padahal sejatinya anda tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan tersebut. Disebut penyakit karena ternyata anda memiliki persepsi yang salah tentang diri anda sendiri. Lha mempersepsikan diri sendiri saja salah, lah apalagi mempersepsikan orang lain! Padahal, semakin kita belajar, semakin kita sadar betapa kecil pengetahuan yang kita miliki. Kita sadar bahwa ada kesenjangan dan kita mungkin tidak berusaha mengisi kesenjangan itu untuk menjadi lebih tahu suatu topik. Ketika kita tidak menyadari ini, kita begitu menderita karena justru ketidaktahuan kita inilah sehingga kita tidak mampu mengetahui bahwa diri kita kekurangan pengetahuan di bidang tertentu. Di sinilah, DKE (the Dunning Kruger Effect) terjadi bahwa ketika ketidakmampuan (incompetence) kita terhadap suatu...