Skip to main content

Culture is fluid

Budaya itu tidak tetap, TETAPI selalu cair, selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu, sesuai dengan tuntutan, tekanan dan pengaruh, sesuai dengan pengalaman anggotanya berinteraksi dengan budaya lain. 

Jilbab yang pada periode 80-an adalah budaya impor dari Timur Tengah, sejak periode 2000-an telah menjadi budaya kita. Sekarang istri presiden, wakil presiden, para menteri, TNI, POLRI, Gubernur, Bupati bahkan istri dan anak kita telah memakainya.

Periode 80-an perempuan memakai celana (apalagi celana jin) itu tidak lazim. Apalagi perempuan mekangkang ketika dibonceng motor. Lambat laun karena tuntutan, periode 2000-an menjadi lazim. Celana jin tentu saja tidak perlu dipertentangkan dengan rok apalagi jarik. 

Anak-anak ada yang memanggil orang tuanya dengan sebutan abi/ummi, daddy/mommy tidak perlu dipertentangkan dengan bapak/ibu, ayah/bunda. Anak-anak yang memanggil onti (auntie) tidak perlu dipertentangkan dengan tante, bu lik. 

Senin, Selasa, Rebo, Kemis, Jumat, Setu, dan Ngat adalah hari-hari Arab Islam. Minggu adalah hari Portugis Kristen. Tidak perlu dipertentangkan tetapi justru dikombinasikan dengan Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan Legi. Bulan Arab Islam Sawal, Apit, Besar, Suro, Sapar, Mulud, Bakdo Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akir, Rejeb, Ruwah, lan Poso tidak perlu dipertentangkan tetapi justru dikombinasikan dengan Bulan Masehi Kristen Januari, Pebruari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember.

Demikian halnya dengan cinta NKRI, itu juga fenomena cair yang keberadaannya tidak mungkin dinterpretasikan tunggal. Penyebutan, panggilan, dan praktek yang tidak sesuai dengan penyebutan, panggilan, dan praktek asal BUKAN berarti tidak mencintai TETAPI justru memperkaya Indonesia. Pemakaian jilbab, celana jin, dan sebutan umi/abi, daddy/mommy, onti, dan penyebutan hari dan bulan Arab Islam dan Masehi/Kristen merupakan pengejawantahan budaya Indonesia itu cair. Keberadaannya merupakan bagian dari dan justru memperkaya keragaman budaya Indonesia. Move forward and never back down!

Popular posts from this blog

1 Syawwal 2024

  Tidak seperti kalender Masehi yang berdasarkan matahari, penentuan tanggal dalam kalender Islam berdasarkan bulan. Hitungan 1 bulan dalam kalender Islam bisa 29 atau 30 hari. 2.       Dua metode penentuan awal bulan, yaitu WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلال ) atau penampakan bulan dan RUKYATUL HILAAL ( الهلال رؤية) atau penglihatan bulan.  Bagi penganut WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلال ) , berapapun ketinggian bulan kalau sudah muncul maka besuk berarti sudah bulan baru. Walaupun ketinggian bulan tersebut belum bisa dilihat mata telanjang manusia di bumi. Sedangkan bagi RUKYATUL HILAAL ( الهلال رؤية) , mempersyaratkan ketinggian bulan minimal 2 derajat atau jarak bulan ke matahari 3 derajat supaya mata telanjang manusia di bumi bisa melihat bulan. 3.       Ketika matahari terbenam pada Selasa Legi 9 April, bulan muncul dengan ketinggian 6 derajat. 4.       Baik penganut WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلا...

Relativisme Etika

 Etika itu prinsip bisa terkait dengan benar dan salah, tetapi juga, dan tidak jarang justru yang paling pas, terkait dengan baik dan buruk bagi individu ataupun masyarakat. Ini terkait dengan moral dan bagaimana seseorang itu membuat keputusan dan arah tujuan hidup. Kita selalu memegang teguh prinsip moral tersebut dengan menyatakan bahwa kita yang benar, dan sebaliknya orang lain salah. Ini adalah bentuk pertahanan terhadap prinsip moral yang kita miliki dan praktekan ketika prinsip tersebut ternyata berbeda dengan prinsip orang lain. Salah dalam memilih prinsip moral bisa berakibat pada konsekuensi serius seperti hilangnya reputasi, denda, bahkan tidak jarang penjara.  Norma etika itu lebih luas dari aturan tertulis. Kita bersepakat bahwa pembunuhan itu secara etika adalah perbuatan yang salah. Tetapi kita bisa jadi berbeda pendapat tentang aborsi padahal aborsi itu pembunuhan juga. Ini dikarenakan kita berbeda pandangan tentang human beings atau manusia. Masih soal pembunu...