Skip to main content

Posts

Showing posts from 2024

Matinya Akademisi Karena Benci

 Sering kan dengar dari Ikrar Nusa Bhakti, profesor LIPI-sekarang-BRIN yang vocal bahkan nyinyir ke Jokowi itu? Dia selalu menyampaikan bahwa selama berkarir di luar negeri lebih dari 46 tahun, baru ada kasus di dunia ini ya Jokowi itu. Jokowi yang sebelumnya dicalonkan oleh partainya, PDIP, hingga menjadi wali kota, gubernur, dan presiden, belakangan melawan kehendak partainya. Kasus presiden melawan partai pengusungnya baru pertama kali terjadi di dunia ini, songgong si Ikrar. Heh heh heh heh … Dulu kita mengangguk saja mendengar pendapat songgong begini. Sekarang sudah banyak mesin AI (artifical intelligence) yang dalam sekian detik bisa memverifikasi pendapat songgong. Minimal ayo lah ke chatgpt.com. Ya, ada beberapa contoh presiden yang menjauhkan diri dari partai politik yang awalnya mendukung mereka. Hal ini biasanya terjadi ketika prioritas pemerintahan, perubahan ideologi, atau keyakinan pribadi mereka bertentangan dengan agenda partai mereka. Berikut ini beberapa cont...

1 Syawwal 2024

  Tidak seperti kalender Masehi yang berdasarkan matahari, penentuan tanggal dalam kalender Islam berdasarkan bulan. Hitungan 1 bulan dalam kalender Islam bisa 29 atau 30 hari. 2.       Dua metode penentuan awal bulan, yaitu WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلال ) atau penampakan bulan dan RUKYATUL HILAAL ( الهلال رؤية) atau penglihatan bulan.  Bagi penganut WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلال ) , berapapun ketinggian bulan kalau sudah muncul maka besuk berarti sudah bulan baru. Walaupun ketinggian bulan tersebut belum bisa dilihat mata telanjang manusia di bumi. Sedangkan bagi RUKYATUL HILAAL ( الهلال رؤية) , mempersyaratkan ketinggian bulan minimal 2 derajat atau jarak bulan ke matahari 3 derajat supaya mata telanjang manusia di bumi bisa melihat bulan. 3.       Ketika matahari terbenam pada Selasa Legi 9 April, bulan muncul dengan ketinggian 6 derajat. 4.       Baik penganut WUJUUDUL HILAAL ( وجود الهلا...

Kalah nyolot

 Setelah penetapan KPU pada 20 Maret dengan perolehan suara Prabowo-Gibran 96,214,691 (58.59%) sebagai pemenang dan paslon kalah berturut-turut adalah Anies-Muhaimin dengan perolehan suara 40,971,906 (24.95%) dan Ganjar-Mahfud 27,040,878 (16.47%), tidak membuat kubu yang kalah lerem . Padahal, mereka inilah yang menolak quick count dan menunggu real count KPU untuk mengetahui siapa sejatinya yang menang dan kalah. Ketika kalah, bukannya mereka menerima kekalahan, tetapi justru nyolot atau ngelunjak bahwa, menurutnya, mereka memang diskenariokan kalah dengan cara mengurangi perolehan suara yang mestinya mereka dapatkan.  Kita jadi disodori budaya nyolot, yang sejatinya bukan budaya kita, terutama Jawa. Orang Jawa terbiasa turun temurun dengan budaya sareh ketika ada masalah. Pertama, orang Jawa akan tenang menyikapi masalah sembari memikirkan ( menggalih ) solusi terbaik terhadap masalah tersebut. Kedua, o ra gedandapan artinya tidak kesana kemari apalagi hiruk pik...

Bener Ora Pener

Di Jawa ada kaidah BENER ORA PENER yang kira-kira artinya BENAR TETAPI TIDAK TEPAT. Maksudnya, tidak semua kebenaran itu tepat. Karena tidak tepat, kaidah berikutnya adalah BECIK KUWALIK yang artinya hal yang benar justru terbalik menjadi salah. Maka supaya yang benar tetap menjadi benar harus tepat cara menyampaikan kebenaran tersebut. Tidak justru kebalik bahwa hal yang benar itu menjadi salah hanya gara-gara tidak tepat menyampaikannya. Merasa dicurangi dalam proses pemilu, itu ranah BAWASLU untuk menyelesaikannya. Dicurangi kalau dibawa ke MK itu ranah selisih suara. Apakah selisih suara Anies (24.95%) dan Ganjar (16.47%) ke Prabowo (58.59%) itu bisa menggagalkan pemilu satu putaran? Target mereka adalah dua putaran. Kalau dijumlahkan suara Anies dan Ganjar itu 41.41%. Artinya, mereka akan mendalilkan bahwa telah ada kecurangan 9% yang berarti 14,780,473 (dari suara sah 164,227,475) suara atau setara 49,268 TPS. 9% suara yang ada di Prabowo ini harus dikembalikan ke mereka sehingga...

QUICK COUNT = REAL COUNT

 KPU pada Rabu malam 20 Maret 2024 menyatakan pilpres pada Rabu 14 Februari 2024 dengan suara sah mencapai 164,227,475 suara dimenagkan oleh Prabowo-Gibran dengan perolehan suara 96,214,691 (58.59%). Sementara itu paslon kalah berturut-turut adalah Anies-Muhaimin dengan perolehan suara 40,971,906 (24.95%) dan Ganjar-Mahfud 27,040,878 (16.47%).  Hasil rekapitulasi nasional KPU ini tidak berbeda (dalam rentang plus minur margin of errors) dari hasil quick count yang ditayangkan oleh TV nasional pada jam 15:00 pada hari pemilu Rabu 14 Februari 2024.  Yang perlu ditegaskan di sini adalah, pertama , tidak seperti anggapan beberapa orang yang menuduh, tepatnya nyinyir, sebagai kegiatan abal-abal yang didanai pihak tertentu untuk kepentingan pihak pemberi dana, quick count dan survey pada umumnya adalah kegiatan ilmiah dengan metodologi penelitian kuantitatif yang secara akademis bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Validitas (tepat) dan reliabilitas (konsist...

Tidak berpihak itu seperti apa sih?

 Teringat debat di grup wassap Kidung Pati ketika seseorang yang nampak pinter mengkritik ku bahwa ilmuwan itu harus tidak berpihak. Keberpihakan yang dia maksudkan adalah ilmuwan itu tidak akan obyektif kalau berpihak pada salah satu paslon. Demikian halnya dengan ilmuwan survey, sanggah dia sekalipun dengan bahasa yang gagap khas "angon kebo ngisor kali", meminjam istilah salah satu anggota DPR RI PDIP  Dapil III Jawa Tengah periode 2019-2024 yang juga anggota grup ketika menelponku pada 4 Februari 2024 jam 9:18 untuk tidak menanggapinya . Bagi dia, seorang yang nampak kritis tersebut, karena survey itu berpihak pada salah satu paslon, maka hasilnya tidak akan obyektif. Masih menggebu-gebu, seseorang yang nampak kritis sebagai pendukung fanatik paslon 03 sampai darah penghabisan itu sampai berpendapat bahwa survey telah diotak-atik untuk memenangkan paslon yang didukung. Dengan kata lain, survey itu tergantung pada yang membiayai. Survey bayaran! Hehehehe ... Lembaga survey...

Ojo chedak kebo gupak

  Situasi setelah pelaksanaan Pilpres 2019 begitu harsh, cruel, korban meninggal dari KPPS mencapai ratusan, dan bahkan skenario penggagalan penetapan KPU beserta keputusan MK dengan demonstrasi penuh perusakan yang berakibat pada puluhan demonstran meninggal. Jalanan, taman dan fasilitas umum sekitar gedung KPU dan MK rusak. Dikompori diprovokasi para elit pendukung Prabowo bahkan Prabowo sendiri bahwa Prabowo-Sandi yang sejatinya memenangkan pilpres, massa begitu bringasnya mempertaruhkan nyawa mereka demi kemenangan capres pilihannya. Tercatat Amien Rais, Bahtiar Nasir, Neno Warisman, Mardani Ali Sera, sebuah orkestrasi radikalisme baik radikal pemikiran maupun radikal Islam (FPI, HTI, 212 dan PKS), bersekongkol membakar massa untuk menolak pentapan KPU dan keputusan MK yang menyatakan Jokowi-Ma’ruf sebagai pemenang dengan perolehan suara 85.607.362 atau 55,50 % , sedangkan Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 %. Polarisasi pendukung Jokowi dan Prabowo tidak lepas dari...

The failure of Dwi Tunggal

 A colleague of mine who is an activist, a cadre, and a high-class staff of the Jogja-based Muslimat NU sent me a modified photo of a pair mate for the president 2024, Anies-Imin, sometime in October saying that the unification of Muhammadiyah-NU, HMI-PMII, would make Indonesia glorified to enter into Indonesia Gold 2045. I replied instantly that it wouldn’t be possible for Muhammadiyah – NU or HMI – PMII to be known to compete with each other in almost all aspects of life in this country, ranging from domestic to nation-state issues and from religious to social ones. Anies, portrayed as a modernist Muslim, known to be a Muhammadiyah follower and an alumni of HMI, would draw his support from Muhammadiyah and HMI. He gained 41.9% from Muhammadiyah compared to 41.6% by Prabowo, a slight margin of 0.3%. This shows that Anies could not convince them and thus capitalize on his rhetorics of change that Muhammadiyah's followers would vote for him. The slight margin of 0.3% would suggest t...

Matinya intelektualisme

 Hampir setiap gelaran pilpres usai, kita selalu disuguhi sekumpulan orang yang nampak pakar, selalu dihadirkan menjadi nara sumber dari TV ke TV yang komentarnya penuh dengan curiga bahwa pemilu ini penuh dengan kecurangan. Bahwa pemilu 2024 ini yang paling jelek dalam hal kecurangan. Kecurangan itu dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini penyelenggara pemilu yaitu KPU, bahkan pengawas pemilu berupa Bawaslu, aparatur negara yang dikerahkan untuk memastikan paslon yang diinginkan menang, dan bahkan presiden sendiri dianggap selalu melakukan kecurangan dibalik blusukan dengan membagikan bansos. Para pseudo-intelektual tersebut juga banyak muncul di grup wassap dengan mensirkulasikan semacam pencerahan dan tidak jarang menforward potongan video (tidak utuh) terkait pemilu curang. Bahkan tidak jarang mereka mengomentari quick count yang dianggap sebagai sok metodologis. Dianggap sebagai penggiringan opini publik. Dianggap sebagai menyesatkan karena tidak sesuai dengan fakt...

Relativisme Etika

 Etika itu prinsip bisa terkait dengan benar dan salah, tetapi juga, dan tidak jarang justru yang paling pas, terkait dengan baik dan buruk bagi individu ataupun masyarakat. Ini terkait dengan moral dan bagaimana seseorang itu membuat keputusan dan arah tujuan hidup. Kita selalu memegang teguh prinsip moral tersebut dengan menyatakan bahwa kita yang benar, dan sebaliknya orang lain salah. Ini adalah bentuk pertahanan terhadap prinsip moral yang kita miliki dan praktekan ketika prinsip tersebut ternyata berbeda dengan prinsip orang lain. Salah dalam memilih prinsip moral bisa berakibat pada konsekuensi serius seperti hilangnya reputasi, denda, bahkan tidak jarang penjara.  Norma etika itu lebih luas dari aturan tertulis. Kita bersepakat bahwa pembunuhan itu secara etika adalah perbuatan yang salah. Tetapi kita bisa jadi berbeda pendapat tentang aborsi padahal aborsi itu pembunuhan juga. Ini dikarenakan kita berbeda pandangan tentang human beings atau manusia. Masih soal pembunu...

Etika tidak etik

Menuding biasanya menggunakan satu jari telunjuk. Tiga jari lainnya, i.e., kelingking, manis dan tengah, terlipat menuju arah orang yang menuding. Dalam bahasa Jawa, ini adalah SANEPO, simbol yang memiliki makna impisit dibalik tindakan fisik. Maknanya, sekali menuduh, orang yang menuduh itu gak taunya memiliki 3 tuduhan. Dalam prakteknya, satu kali tuduhan itu untuk menutupi tiga tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Paslon dan timnya 01 dan 03 selalu menuduh 02 tidak menjunjung etika dengan tetap kekeh melanjutkan pencalonan Gibran sebagai cawapres. Dalam kampanye terbuka, tertutup bahkan debat capres-cawapres, tak henti-hentinya 01 silih berganti dengan 03 menuduh bahkan memperolok 02 sebagai paslon yang tidak etis. Dalam SANEPO Jawa bisa jadi tuduhan tidak etis kepada 02 ini untuk menutupi permasalahan yang telah dilakukan oleh 01 dan 03 yang bisa disebut sebagai paslon yang tidak etis pula.  Anis menjadi gubernur DKI atas jasa Prabowo. Ratusan miliar dan mobilisasi pemilih telah...

Politik Kebangsaan

 Akademisi itu sering didengar ucapan dan diikuti tindakannya. Karena akademisi itu bisa dan terbiasa berpikir jernih, obyektif, berdasar fakta di lapangan dengan penalaran logis, disampaikan secara sistematis dan berdiri independen tanpa terpengaruh oleh kepentingan politik. Ketika berpolitik, akademisi itu jenis politiknya politik kebangsaan. Yaitu politik yang tidak terkotak oleh kepentingan partai atau golongan, tetapi kepentingan bangsa. Karenanya, akademisi itu akan santun setiap kali menghadapi masalah dengan mengorbankan kepentingan pribadi atau golongan ataupun partai, demi kepentingan umum apalagi kepentingan bangsa. Ketika paslon yang dipilihnya kalah, akademisi akan menyampaikan sikap untuk menerima kekalahan tanpa harus mencari-cari kesalahan pihak yang menang. Kira-kira mereka akan bersikap "Yaaah ... kita sudah berusaha untuk memilih dan memenangkan paslon kita. Nyatanya kalah quick count. Ya belum rezeqi. Kita terima saja kekalahan ini. Kita ucapkan selamat kepada ...

Akademisi Politis

 Quick count itu perhitungan cepat berdasar pada sample sekitar 2000-an dari sejumlah 820,161 TPS dalam negeri (ada 3,059 TPS di luar negeri). Penentuan sample tidak asal comot sesuai selera lembaga survey tetapi berdasarkan a standardized random table yang sudah terverifikasi untuk mendapatkan sample yang representasi jumlah total TPS. Dengan confidence interval 95% dan margin of errors +/- 1%, dilakukan penelitian sebanyak 100 kali, angka temuan quick count akan selalu muncul dalam rentang +/- 1%. Secara signifikan, temuan quick count bisa digeneralisasi sebagai temuan populasi TPS dikarenakan sample TPS representasi dari total populasi TPS. Itu bahasa statistik. Bahasa sederhananya dalam kehidupan sehari-hari, temuan quick count itu dipastikan sama dengan angka real count KPU. Kalaupun ada selisih, angka real count itu nantinya maksimal, repeat MAKSIMAL, adalah + 1 (tambah 1%) atau - 1 (kurang 1%) dari angka real count. Contoh, quick count KOMPAS, Prabowo-Gibran menang telak den...

Contoh Jelek Tidak Mengaku Kalah

Mereka selalu teriak-teriak sebagai penjunjung tinggi etika atau nilai-nilai moral. Seakan hanya mereka lah yang bisa menentukan sesuatu itu etis atau tidak etis. Hanya mereka lah yang selama ini berprilaku dengan menjunjung tinggi etika. Sedangkan orang lain tidak etis karena tidak menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Okay, anggap saja hanya mereka yang memiliki etika dan selalu berprilaku sesuai pedoman yang etis. Kenyataannya, sekarang ini mereka kalah pada pilpres 14 Februari yang lalu berdasar quick count. Tetapi justru mencari celah untuk menyalahkan mereka yang menang. Justru mencari-cari kesalahan pihak yang menang. Padahal kekalahan mereka telak, bukan kekalahan tipis. Anis-Muhaimin 25% versus Prabowo-Gibran 58% (Litbang Kompas). Tau berapa bedanya? 33%. Ganjar-Mahfud 16%. Tau berapa bedanya? 42%. Karena gak kuasa mengalahkan suara Prabowo-Gibran, maka skenario pun dibangun untuk mengakali supaya ada putaran kedua. Suara Anis dan Ganjar 41%. Tinggal 9% lagi atau sekitar 18 jut...

Kalah Tranyak Penjunjung Etika

 Sudah jelas kalah tetapi tidak mengakui kalah. Justru mencari-cari kesalahan pihak yang menang. Justru menimpakan pada situasi dan kondisi yang berpihak pada pihak lawan yang menang. Justru menimpakan pada sistem yang membuat pihak lawan bisa menang. Bukannya introspeksi segala kekurangan dan kelemahan yang ada pada pihaknya sehingga membuatnya kalah dalam kompetisi. Itulah gambaran kita ketika kalah selama ini. Fenomena sosial tidak menerima kekalahan itu sudah menjadi penyakit sosial. Figur yang selama ini mengklaim sebagai pihak yang menjunjung tinggi etika, yang selalu menyerang pihak lawan tidak memiliki etika, justru sedang melanggar etika yang selama ini mereka deklarasikan. Mengingkari kekalahan karena dicurangi oleh pihak lawan adalah mengingkari kenyataan bahwa dirinya memang kalah.  Buruk muka cermin dibelah. Pribahasa ini memberikan gambaran tepat bagi mereka yang kalah, bukannya menyalahkan dirinya, tetapi justru menyalahkan situasi dan kondisi. Menyalahkan MK ya...